Friday, May 29, 2009

Breathe in the vacuum (bernafas diruang hampa)

Suatu hari sekitar jam dua siang, tiba-tiba datang seorang perempuan muda sekitar usia 30 tahun, datang ke rumah Amalia. Dari email yang saya terima awalnya dirinya mengaku seorang mahasiswi. Setelah berkenalan akhirnya dia mengaku bukan mahasiswi namun seorang ibu rumah tangga. Setelah ditanyakan apa maksud kedatangannya, dengan terbata-bata dan berlinangan air mata ia mengatakan bahwa hampir saja ia bunuh diri. 'saya bagai bernapas diruang hampa..mas' tuturnya.

Menurut penuturannya, pagi itu dirinya sedang kusut fikiran dan saking kalutnya ia bermaksud bunuh diri Pada saat itu aliran listrik di lingkungan tempat tinggalnya sedang mati, dan ketika baygon sudah dituang ke gelas, ketika sedang dipegang untuk diminum, tiba-tiba listrik menyala dan televisi langsung berbunyi. Seperti diatur sutradara, suara di ternyata berisi siaran pengajian dari seorang ustadz dalam ceramahnya menyebutkan dosanya orang bunuh diri.

Katanya, dirinya menjadi tersentak kaget dan langsung timbul kengerian serta takut melihat gelas yang sudah dituangi baygon. Secara reflek dirinya itu kemudian lari keluar rumah tanpa ingat mengunci pintu dan langsung naik metro mini yang kebetulan sedang berhenti, juga tanpa mengetahui entah mau ke mana. Tanpa disadarinya kendaraan itu menuju ke arah ciledug. Maka diniatkan untuk mampir ke Rumah Amalia.

Dari penuturannya dapat disimpulkan bahwa problem kejiwaan sang ibu merupakan problem perkawinan, problem hubungan interpersonal suami dan isteri. Mereka telah menempuh bahtera rumah tangga selama delapan tahun, belum dikaruniai keturunan. Ekonomi rumah tangga mereka relatif tercukupi, terbukti bahwa mereka telah memiliki rumah yang layak huni, suaminya bekerja di perusahaan swasta dengan gaji yang mencukupi. Isterinya, meskipun pernah mengecap pendidikan tinggi sampai sarjana muda tetapi tidak bekerja. Praktis setiap hari kerja, isterinya hanya tinggal sendirian, sementara suami pulang kerja sekitar jam enam-tujuh sore.

Barangkali pasangan suami isteri itu sudah sangat merindukan keturunan, tetapi diantara mereka tak pernah secara serius membicarakan problem itu. Sang isteri adalah tipe perempuan yang sangat setia dan percaya kepada suami. Menurut ceriteranya selama delapan tahun hidup sebagai suami isteri tidak pernah cekcok. Sang isteri meski harus selalu sendirian di rumah setiap hari pada jam-jam kerja suaminya, tetapi kepercayaan dan kesetiaannya kepada suami membuatnya tetap tenang. Rasa percaya diri dan ketenangan isteri antara lain diperkuat oleh sejarah masa lalu, ialah bahwa sang suami adalah mahasiswa yang dahulu kost di rumah orang tuanya, dan ketika kiriman biaya kuliah terputus dari kampungnya di luar Jawa, orang tua sang ibu itu kemudian menolong membiayai kuliahnya sampai selesai dan akhirnya diambil menantu.

Tanpa ada tanda-tanda mencurigakan, tiba-tiba suaminya menjadi acuh, dan sering tidak menyentuh kopi dan makanan yang disediakan oleh isteri yang setia itu. Ia berusaha mencari tahu problem apa yang sedang mengganggu suaminya, samar-samar terdengar berita bahwa suaminya pacaran dengan perempuan lain sekerja di kantor. Tetapi setiap ditanyakan, suaminya diam membisu, semakin ditanya semakin membisu. Sang isteri sebagai orang yang selalu berfikir positif tentang suaminya, masih belum percaya bahwa suaminya ada main dengan perempuan lain, tapi didiamkan oleh suami selama seminggu merupakan beban yang sangat berat, apa lagi di rumahnya yang cukup besar itu memang tidak ada orang lain yang bisa diajak bicara.

Ketika kebisuan suami mencapai hari yang ke lima belas, kekalutan fikiran itu tak tertanggungkan. Ia tidak tahu harus apa, karena selama ini hatinya tertumpah seluruhnya untuk suaminya. Di diamkan suami adalah kiamat baginya. Kekalutan fikiran dan perasaannya membuatnya lupa siapa dirinya dan untuk apa ia hidup. Dunia terasa gelap, dan kaki tak bisa lagi menginjak bumi. Pada hari ke lima belas itulah, ketika jiwanya tak mampu lagi menanggung derita didiamkan, ia mengambil keputusan untuk menyudahi problemnya dengan meminum baygon. Untunglah suara televisi yang tiba-tiba terdengar setelah listrik di rumah menyala mengembalikan kesadarannya, dan menyelamatkannya dari mati sia-sia.

Dari penuturan yang disampaikannya itu sambil terisak-isak menangis tetapi lancar, nampak jelas bahwa penyebab kekalutan fikiran itu lebih banyak disebabkan oleh kapasitas jiwanya yang sempit untuk menampung derita. Ia termasuk tipe perempuan yang lugu, halus perasaannya dan tak pernah berfikir negatif pada suaminya. Baginya suami adalah segalanya yang tak mungkin melakukan sesuatu yang menyakiti hatinya. Jika samar-samar mendengar issu minor tentang suaminya, ia lebih dahulu menepis dengan berkata dalam hati bahwa issu itu pasti tak benar. Baginya kepulangan suami, teguran sapa suami sudah merupakan bukti bahwa issu dari luar itu tidak benar. Ia lebih percaya kepada suami dibanding kepada orang lain. Ia hanya mendengar kata-kata suami dan menutup rapat kedua telinganya dari kata-kata orang lain. Hal itulah yang menyebabkan bahtera rumah tangga berjalan aman selama delapan tahun meski belum dikaruniai seorang anak.

Oleh karena itu ketika suaminya mulai cuek kepadanya, ia merasa tertekan karena ia tidak memiliki jendela lain untuk berkomunikasi. Pusat perhatiannya dalam menghadapi kecuekan suaminya hanya satu, yaitu menunggu kapan kekakuan itu mencair. Ketika kecuekan suaminya meningkat menjadi membisu, perasaan tertekan itu menjadi semakin dalam, seperti balon yang selalu ditiup, menunggu meledak. Pada hari ke lima belas dari membisunya suami itulah "balon" jiwanya meledak, mencari penyelesaian dengan cara bunuh diri. Ia tidak menemukan jalan lain selain bunuh diri, karena jiwanya tidak mempunyai jendela, tidak mempunyai ventilasi, karena salurannya hanya satu yaitu kepada suami tercinta.

Jika saluran satu-satunya itu rapat, maka hanya ada satu jalan keluar, yaitu meledak. Untunglah suara televisi yang tiba-tiba berbunyi 'menyelamatkannya. ' Melihat tipologi kejiwaan wanita itu maka saya menanyakan kembali sudah berapa lama suami mendiamkannya. Dengan sangat antusias ia menyebut angka lima belas, seakan angka lima belas itu adalah jumlah yang sangat besar. Mengapa angka lima belas itu dipandang sebagai jumlah yang sangat besar adalah karena dirinya itu tidak memiliki bandingan angka lain.

Saya berusaha untuk mengubah cara pandangnya itu tentang ukuran besar dan kecil. Saya mengatakan bahwa lima belas hari itu waktu yang sangat pendek, sebab ada orang lain yang didiamkan suaminya sampai tiga bulan, dan setelah dilewati dengan sabar akhirnya keadaan pulih kembali seperti sedia kala. Saya mengatakan padanya agar sabar menanggung perasaan itu sampai tiga bulan, Insya Alloh nanti jalan ke luar akan datang dengan sendirinya.

Rupanya, angka tiga bulan itu kemudian menjadi angin yang meniupkan harapan baginya, sehingga setelah pertemuan hari itu, ia sering melaporkan perkembangan hubungannya dengan suaminya kepada saya melalui surat. Ia selalu menghitung hari-hari yang dilewatinya, dan dengan cemas menunggu habisnya waktu tiga bulan itu. Saya tahu bahwa tidak ada jaminan setelah tiga bulan itu kebisuan suaminya akan mencair, tetapi kurun waktu itu sekurang-kurangnya memberikan peluang kepada perempuan itu untuk melihat dunia lain, bahwa dalam hidup itu banyak kemungkinan, ada pertemuan, ada perpisahan, ada pertemuan kembali, ada juga pertemuan dengan yang baru dan sebagainya, dan bahwa kesemuanya itu mengandung hikmah asal bisa memetiknya. Ia harus bisa melihat bahwa hidup itu bukan hitam putih, tetapi berwarna-warni.

Rumah tangga pasangan itu akhirnya tidak dapat diselamatkan, tetapi diri sang ibu itu dapat menerima kenyataan. Setelah ia berpindah kota dan telah berkeluarga kembali.

That is the life......

Exercise when shaken ( ketika hati terguncang)

Didalam hidup saya terkadang saya bertemu dengan orang-orang yang bertemu dengan cahaya kehidupan justru berawal dalam kegelapan. Kegelapan itu salahsatunya karena pekerjaan. Namun karena tekadnya bersungguh-sungguh dengan mudah cahaya kehidupan membimbingnya ke jalan yang lurus.

Jalan itulah yang telah dipilih, sebut saja namanya Mas Hendrik. Mas Hendrik adalah salahsatu teman yang saya kenal ketika saya berkantor di sekitar Blok M. Pilihan pekerjaan di dunia malam sebuah keterpaksaan karena tidak ada pekerjaan lainnya. 'Untuk berhenti pada pekerjaan ini tidaklah mudah, apalagi harus memulai berbenah hidup secara 'halalan tayyiban.' tuturnya.

'Waktu bekerja dihiburan malan awalnya bukanlah hal yang tabu buat saya. Berbagai godaan saya hadapi. Namun hati saya terguncang. Setiap hari hati saya selalu bertanya, apakah halal rizki yang saya berikan untuk anak dan istri?' lanjut mas hendrik.

Untunglah dirinya tidak terlalu jauh terperosok dalam kemaksiatan yang lebih dalam. 'hati saya yang berguncang, pertanyaan itu menganggu saya terus menerus. Saya tidak mau didunia bersenang-senang diakherat mendapat siksa yang menyeret anak dan istri saya. Tutur Mas Hendrik malam itu ketika berkunjung di Rumah Amalia. Kunjungannya juga ditemani oleh anak dan istrinya.

Sewaktu kecil dirinya sangat minim pendidikan agamanya. Orang tuanya yang petani mendidik bahwa setelah sekolah mencari kerja. Mas Hendrik bersyukur mendapatkan istri yang sholehah telah membimbingnya untuk mengenal agama dengan baik. Kian hari hatinya menjadi terbuka. 'Ternyata anggapan saya salah. Pekerjaan pada hiburan malam sama seperti pekerjaan lainnya. Setelah saya memutuskan untuk berhenti bekerja membuat jiwa saya lebih tentram dan damai. Dan yang pasti sekalipun hanya berdagang kecil-kecilan pekerjaan ini lebih mulia dimata keluarga saya dan dimata Alloh SWT.'

Tuturnya, 'semua amal ibadah saya tidak akan bernilai, sholat saya tidak berguna karena pekerjaan yang tidak diridhoi oleh Alloh.' Sungguh rahasia Alloh sangat tersembunyi. Hatinya yang guncang menyemai kesadaran pada Mas Hendrik untuk meninggal pekerjaannya. ketakutan itu merasuki hatinya jika senandainya kematian tiba pada dirinya. Ketakutan pada kematian itulah yang membuat dirinya termotivasi untuk untuk mendekatkan diri pada Alloh SWT.

'Saya memohon ampun pada Alloh SWT dan memohon agar mengganti semua pekerjaan saya dengan pekerjaan yang diridhoi olehNya. Saya benar-benar bertaubat.' kata Mas Hendrik. begitu tekadnya sudah bulat Mas hendrik memulai bekerja yang halal banyak teman-temannya yang menyayangkan. Bahkan ada suara sumbang, ada yang menganggap dirinya belagu dan sok suci. 'Tekad saya sudah bulat Mas Agus Syafii.Saya ingin menafkahi anak dan istri saya rizki yang halal.' Kata Mas Hendrik dengan cucuran airmata. Istrinya memegang tangannya. Subhanallah. .Maha Suci Alloh yang telah membukakan hati hamba-hambaNya.


that is the secret of life.................

life is a gift (hidup adalah karunia)

Di Rumah Amalia, rumah dimana anak-anak belajar dan rumah bagi siapapun untuk saling berbagi kebahagiaan. Pada hari minggu kemaren dari pagi anak-anak Amalia sudah datang untuk bimbel. Jam 7 pagi Adi sudah datang. Setelah itu anak-anak berbondong-bondong berdatangan. Akhirnya kami memulai kegiatan dengan 'Smart Walking' Kak Rani, Kak Nia dan Kak Asep juga datang. Setelah kegiatan 'Smart Walking' anak-anak belajar matematika. Rupanya setelah kegiatan bimbel Rumah Amalia kedatangan tamu dari Canada. Spesial datang ke Rumah Amalia dan terakhir saya kedatangan tamu, seorang Ibu dengan dua putranya.

Malam itu Sang Ibu bertutur, 'Hidup itu adalah Karunia. Harus selalu disyukuri.' begitulah makna hidup baginya. 'belajar istiqomah adalah sebuah keharusan untuk senantiasa selalu bersyukur kepada Alloh SWT' lanjutnya.

Hobinya yang senantiasa menyayangi anak-anak yatim justru semakin bertambah setelah beliau sakit keras karena sembuh dari doa mereka. Tuturnya, 'Harus kita sadari bahwa pengalaman hidup manusia apapun bentuknya datang dari Alloh SWT. Orang lain menyebutnya ini ujian namun saya menyebutnya sebagai Karunia Alloh SWT agar saya meningkatkan ketaqwaan padaNya.' katanya.

kedua putranya berlari ke dalam rumah, sementara istri saya duduk menemani ibu itu. Hana berlarian dengan ketawa kecilnya. Sesekali beliau mengusap airmata yang jatuh dipipinya. Beliau bercerita terkadang dirinya berasa beruntung begitu banyak karunia Alloh untuk dirinya sebagai seorang 'single parent' tentunya tidak mudah baginya untuk menjalani hidup.

Hidup sendiri bersama kedua putranya memang merasakan berada dalam guncangan hidup. Rumah tangga yang dijalinnya selama 15 tahun ternyata harus kandas. Kegagalan dalam kehidupan rumah tangganya merupakan pukulan telak terhadap jiwanya justru setelah dirinya mengalami sakit berat yang dialaminya. Dalam kondisi seperti itulah kemudian saya membimbing sang ibu untuk menyerahkan semua persoalan hidupnya kepada Alloh SWT. Permasalahan hidupnya telah mencapai satu titik nadir yang harus dalam kondisi pasrah dan ikhlas menerima semua yang telah menjadi kehendakNya. alhamdulillah kondisi psikologisnya sudah menjadi baik dan percaya diri.

Beliau bertutur pada saya dengan penuh linangan airmata, 'Suara adzan yang mengalun sering mengalir perasaan sejuk. Suara mengaji membuat saya menangis. Kenangan masa kecil saya belajar mengaji dan belajar solat silih berganti hadir, semua terputus ketika saya hidup ditengah gemerlapnya dunia, berlimpahnya materi, suami yang sempurna, yang semuanya justru tidak bisa menolong apapun ketika saya dalam badai masalah yang terus bertubi-tubi menimpa keluarga kami.'

'Alhamdulillah, semua kejadian dan masalah telah menyadarkan saya hanya berserah diri pada Sang Khaliq-lah saya menemukan kebahagiaan sejati' tutur sang ibu. Malam semakin larut. Kebahagiaan itu hadir ditengah kami, sebagaimana yang dirasakan oleh setiap orang yang senantiasa ikhlas dan mensyukuri nikmat. 'Terima kasih Ya Alloh atas semua KaruniaMu' Ucap sang ibu diakhir perjumpaan kami.
That is the gift of a perfect..........